Kalau aja boleh milih memutar balik waktu, satu-satunya yang kulakukan saat ini adalah bagaimana supaya aku tak sedekat ini dengannya. Karena setelah beberapa waktu bersama tak banyak kutemui kebaikan darinya. Bukan mengerdilkan kebaikannya, tapi aku menyesal selama ini karena mengikuti pikiran negatif ku yang mengikuti sifat-sifatnya hingga aku pun berubah menjadi orang lain. Ya aku tau ini bukan salah dia, salahku yang terlalu mengikutinya. Nasi sudah jadi bubur, ternyata menjadi orang terdekat dari orang yang terlalu vokal, terlalu kuat dan terlalu dominan itu gak enak, gak nyaman sama sekali. Ada kala nya kau akan merasa dialah musuh mu sebenarnya. Musuh terdekat yang susah untuk kau jauhi dan kau hindari terlebih apalagi jika kau pun punya gengsi sendiri.
Bingung berhadapan dengannya sudah pasti. Karena selama ini aku sudah terlalu melekat dengannya. Apalagi secara terlihat aku adalah bagian dari dirinya. Jika aku berperang melawannya aku justru akan terlihat buruk sendiri. Serba salah jadinya. Aku coba memberikan dia ruang untuk bisa menghilangkan amarahnya, tapi egonya tak jua surut membaik. Hingga akhirnya aku sadar selama ini dia hanya menganggapku sebagai bayangan dan pelengkap penderitaanya saja. Sungguh terkadang sabarmu justru betul-betul diuji oleh orang terdekatmu. entahlah